Minggu, 28 Februari 2016

theories of time and space time

Ruang waktu

   

Penggambaran pelengkungan ruang di sekitar massa (Bumi) yang mampu mengubah kelajuan waktu

Dalam fisika, ruang waktu adalah permodelan matematika yang mengkombinasikan ruang dan waktu menjadi satu kontinuitas. Ruang-waktu biasanya digambarkan dengan ruang secara tiga dimensi dan waktu memainkan peran sebagai dimensi keempat yang merupakan bagian yang berbeda dari dimensi spasial. Berdasarkan perspektif ruang Euclidean, alam semesta memiliki tiga dimensi ruang ditambah dengan waktu. Dengan mengkombinasikan ruang dan waktu menjadi satu manifol, para ahli fisika telah secara signifikan menyederhanakan sejumlah besar teori dalam fisika dan memahami secara lebih seragam mengenai cara kerja alam semesta dalam lingkup ilmu kosmologi dan mekanika kuantum.
Dalam mekanika klasik non-relativistik, penggunaan ruang Euclidean akan lebih tepat dibandingkan penggunaan ruang-waktu, karena waktu diperlakukan sebagai satu faktor yang unversal dan konstan, independen terhadap pergerakan dan pengamat. Dalam konteks teori relativitas, waktu tidak bisa dipisahkan dari ruang tiga dimensi karena kelajuan suatu objek dan pengamat yang relatif dan dapat dipengaruhi oleh medan gravitas yang mampu memperlambat waktu.
Dalam kosmologi, konsep ruang-waktu mengkombinasikan ruang dan waktu menjadi satu alam semesta yang abstrak. Secara matematis, ruang waktu merupakan manifol yang terdiri dari kejadian yang bisa dijelaskan dengan sistem koordinat. Tiga dimensi (panjang, lebar, dan tinggi) dan satu dimensi temporal (yaitu waktu) dibutuhkan. Dimensi merupakan komponen yang independen dari jaring-jaring koordinat untuk menentukan titik pada suatu ruang yang terdefinisi. Seperti contoh dalam sebuah globe terdapat garis lintang dan garis bujur yang merupakan dua koordinat yang independen yang bersama-sama dapat membentuk satu titik yang unik. Dalam ruang dan waktu, jaring-jaring koordinat yang melebar hingga 3+1 dimensi menentukan kejadian (bukan hanya titik di suatu ruang), dan waktu ditambahkan di dimensi lainnya pada jaring-jaring koordinat. Dengan ini koordinat dapat menspesifikasikan "di mana" dan "kapan" kejadian terjadi. Tidak seperti koordinat spasial yang biasa, terdapat batasan bagaimana pengukuran dapat dilakukan secara spasial dan temporal. Batasan ini berkorespondensi secara kasar terhadap permodelan matematika tertentu, misal manifol Lorentzian, yang membedakannya dari ruang Euclidean secara perwujudan simetrinya.
Hingga awal abad ke 20, waktu dipercaya bersifat independen terhadap pergerakan, dan meningkat pada laju yang tetap di semua frame of reference. Namun eksperimen menunjukan bahwa waktu melambat pada kecepatan yang lebih tinggi dari suatu frame of reference terhadap frame of reference yang lain. Perlambatan ini, yang disebut dengan dilasi waktu, dijelaskan di dalam teori relativitas khusus. Berbagai eksperimen telah menunjukan kejadian dilasi waktu seperti pada peluruhan partikel muon dari radiasi kosmik dan perlambatan jam atom di atas pesawat ulang alik relatif terhadap jam inersia yang tersinkronisasi yang berada di bumi. Sehingga durasi waktu dapat bervariasi bergantung pada kejadian dan frame of reference.
Ketika dimensi dipahami sebagai sebuah kompnen dari sistem jaring dan bukan merupakan sifat fisik dari waktu, akan lebih mudah dipahami bagaimana memandang dimensi lain sebagai hasil dari transformasi koordinat.
Beberapa mengusulkan teori ruang-waktu memasukkan dimensi tambahan, termasuk dimensi ruang temporal yang beberapa dimensi yang tidak temporal maupun spasial (superspace). Berapa jumlah dimensi yang dibutuhkan untuk menjelaskan alam semesta merupakan sebuah pertanyaan yang masih didiskusikan. Teori yang muncul adalah string theory yang memprediksikan antara 10 hingga 26 dimensi, teori M yang memprediksikan 11 dimensi (10 spasial dan 1 temporal). Namun keberadaan lebih dari empat dimensi akan terasa perbedaannya pada tingkat subatomik.  

Generalisasi relativistik

Geometri gravitasi Newton pada dasarnya didasarkan pada mekanika klasik. Ia hanyalah kasus khusus dari mekanika relativitas khusus.[8] Dalam bahasa simetri: ketika gravitasi dapat diabaikan, fisika yang berlaku bersifat invarian Lorentz pada relativitas khusus daripada invarian Galileo pada mekanika klasik. Perbedaan antara keduanya menjadi signifikan apabila kecepatan terlibat di dalamnya mendekati kecepatan cahaya dan berenergi tinggi.
Menggunakan simetri Lorentz, struktur-struktur tambahan mulai berperan penting. Struktur-struktur tambahan ini dijelaskan menggunakan sekumpulan kerucut cahaya. Kerucut cahaya mendefinisikan struktur sebab-akibat: untuk setiap peristiwa A, terdapat sekumpulan peristiwa yang menurut prinsipnya dapat memengaruhi ataupun dipengaruhi oleh A melalui sinyal maupun interaksi yang tidak seperlunya merambat lebih cepat daripada cahaya (misalnya pada peristiwa B pada gambar) beserta sekumpulan peristiwa yang tidak memungkinkan memperngaruhi atau dipengaruhi oleh A (seperti pada peristiwa C pada gambar). Sekumplan peristiwa ini tak bergantung pada pengamat. Bersamaan dengan garis dunia partikel jatuh bebas, kerucut cahaya dapat digunakan untuk merekonstruksi metrik semi-Riemann ruang waktu.
Relativitas khusus dideskripsikan tanpa keberadaan percepatan, sehingganya ia hanya cocok dijadikan sebagai model fisika di mana percepatan dapat di abaikan, dalam hal ini percepatan gravitasi. Ketika gravitasi terlibat di dalamnya, dengan berasumsi pada universalitas jatuh bebas, maka tiada kerangka inersia global apapun. Yang ada adalah kerangka inersia hampiran yang bergerak sepanjang partikel yang jatuh bebas. Menggunakan bahasa ruang waktu: garis lurus bak-waktu yang menentukan kerangka inersial tanpa gravitasi dideformasi menjadi garis yang melengkung relatif terhadap satu sama lainnya, mensugestikan bahwa pemasukan gravitasi memerlukan perubahan pada geometri ruang waktu.
Secara a apriori, tidaklah jelas apakah kerangka lokal baru dalam peristiwa jatuh bebas bertepatan dengan kerangka acuan di mana hukum-hukum relativitas khusus berlaku. Teori relativitas khusus didasarkan pada perambatan cahaya (sehingganya berkaitan dengan elektromagnetisme) dan dapat memiliki sekumpulan kerangka acuan yang berbeda. Namun menggunakan bermacam-macam asumsi mengenai kerangka relativitas khusus (misalnya dalam keadaan jatuh bebas), kita dapat menurunkan prediksi yang berbeda mengenai geseran merah gravitasional, yakni bagaimana frekuensi cahaya dapat bergeser seiring dengan merambatnya cahaya melalui medan gravitasi. Berdasarkan hasil pengukuran aktual, kerangka acuan jatuh bebas tersebut adalah kerangka yang mana cahaya merambat sebagaiman yang ada dalam teori relativitas khusus. Generalisasi pernyataan bahwa hukum-hukum relativitas khusus berlaku sebagai pendekatan yang cukup baik dalam kerangka acuan yang sedang jatuh bebas (dan tidak berotasi), dikenal sebagai Prinsip kesetaraan Einstein. Prinsip ini sangat krusial dalam pengeneralisasian hukum-hukum fisika relativitas khusus agar gravitasi dapat dilibatkan.
Hasil data percobaan yang sama juga menunjukkan bahwa waktu yang diukur oleh jam yang berada dalam medan gravitasi (waktu wajar) tidak mengikuti hukum-hukum relativitas khusus. Dalam bahasa geometri ruang-waktu, waktu wajar tidak terukur oleh metrik Minkowski. Dalam skala kecil, semua kerangka acuan yang berada dalam keadaan jatuh bebas adalah setara dan mendekati metrik Minkowski. Tensor metrik yang menentukan geometri, yakni bagaimana panjang dan sudut dukur, bukanlah metrik Minkowski relativitas khusus, melainan generalisasi yang dikenal sebagai metrik semi- atau pseudo-Riemann. Lebih jauh lagi, tiap-tiap metrik Riemann secara alaminya memiliki satu jenis koneksi khusus, yaitu koneksi Levi-Civita. Koneksi inilah yang memenuhi prinsip kesetaraan dan membuat ruang secara lokal bermetrik Minkowski.

Geometri gravitasi Newton

Dasar dari mekanika klasik adalah gagasan bahwa gerak benda dapat dideskripsikan sebagai kombinasi gerak bebas (atau gerak inersia) dengan penyimpangan dari gerak bebas ini. Penyimpangan ini disebabkan oleh gaya-gaya luar yang bekerja pada benda sesuai dengan hukum kedua Newton, yang menyatakan bahwa total keseluruhan gaya yang bekerja pada sebuah benda adalah sama dengan massa (inersia) benda tersebut dikalikan dengan percepatannya. Gerak inersia yang dihasilkan berhubungan dengan geometri ruang dan waktu, yakni dalam standar kerangka acuan mekanika klasik, benda yang berada dalam keadaan jatuh bebas bergerak searah garis lurus dengan kecepatan konstan. Dalam bahasa fisika modern, lintasan benda bersifat geodesik, yaitu garis dunia yang lurus dalam ruang waktu.
Bola yang jatuh menuju lantai roket yang dipercepat (kiri) dan bola yang jatuh menuju Bumi (kanan)
Sebaliknya, seseorang dapat mengharapkan bahwa seketika berhasil diidentifikasi dengan memantau gerak benda sebenarnya dan mempertimbangkan gaya-gaya luar (seperti gaya elektromagnetik dan gesekan), gerak inersia dapat digunakan untuk menentukan geometri ruang dan juga waktu. Namun, akan terdapat ambiguitas ketika gravitasi diperhitungkan ke dalamnya. Menurut hukum gravitasi Newton, terdapat apa yang disebut sebagai universalitas jatuh bebas, yaitu bahwa lintasan suatu benda yang jatuh bebas bergantung hanya pada posisi dan kecepatan awalnya, dan bukannya bergantung pada sifat-sifat bahan penyusunnya. Versi yang lebih sederhana dapat dilihat pada percobaan elevator Einstein, yang digambarkan pada gambar di samping. Untuk seorang pengamat dalam ruang tertutup yang kecil, adalah tidak mungkin untuk menentukan apakah ruang itu berada dalam keadaan diam dalam suatu medan gravitasi ataukah ia berada di dalam roket yang dipercepat hanya dengan memetakan lintasan bola jatuh tersebut.
Disebabkan oleh universalitas jatuh bebas, tiada perbedaan terpantau yang dapat dipantau antara gerak inersial dengan gerak yang berada di bawah pengaruh gaya gravitasi. Ini kemudian mengarahkan kita pada suatu definisi gerak inersia yang baru, yaitu gerak inersia objek jatuh bebas yang berada di bawah pengaruh gaya gravitasi. Jenis gerak ini juga menentukan geometri ruang dan waktu. Gerak ini adalah gerak geodesik yang diasosiasikan dengan koneksi tertentu yang bergantung pada gradien potensial gravitasi. Ruang, dalam konstruksi ini, masih memiliki geometri Euklides yang seperti biasanya, namun ruang waktu secara keseluruhan menjadi lebih rumit. Seperti yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan eksperimen pemikiran sederhana yang menelurusi lintasan partikel-partikel pengujian yang sedang jatuh bebas, hasil dari pemasukan vektor-vektor ruang waktu yang menandakan kecepatan suatu partikel akan bervariasi sesuai dengan lintasan partikel. Secara matematis, kita katakan bahwa koneksi Newton tidaklah terintegralkan. Dari hal ini, seseorang dapat mendeduksi bahwa ruang waktu adalah melengkung. Akibatnya adalah perumusan geometri gravitasi Newton yang hanya menggunakan konsep kovarian. Dalam deskripsi geometri ini, efek pasang surut - yaitu percepatan relatif benda yang jatuh bebas - berhubungan dengan turunan koneksi, menunjukkan bagaiman geometri yang dimodifikasikan ini diakibatkan oleh keberadaan massa.[7]

Teori  Waktu Berputar Kembali ( Time Slyp )

Alam ini penuh dengan perkara-perkara yang ajaib. Walaupun di zaman teknologi yang pesat membangun, namun fenomena 'Masa berulang' ataupun 'Waktu berputar kembali' sukar untuk dijelaskan. Secara teori misteri Waktu Berputar Kembali diertikan sebagai waktu yang telah berlalu berulang kembali. Kembali ke masa lampau bukannya sesuatu yang mustahil, walaupun tiada orang mengalaminya secara sengaja setakat ini. Menurut teori Albert Einstein, waktu dan ruang dapat mengalami perubahan dalam kecepatan cahaya. Jadi, seandainya suatu benda bergerak dengan kecepatan 300,000 km/saat ataupun atau 186,000 batu sesaat, maka ruang dapat dipendakkkan, dan waktu dapat diperlambatkan.



Keajaiban yang diciptakan alam dengan jelas dan pasti memberitahu kita, bahwa pada abad ke-20 yang baru saja berlalu, secara membingungkan terjadilah sesuatu yang tak habis dimengerti yaitu waktu berputar kembali....
secara teori, bahwa waktu berputar kembali, dan kembali ke masa lalu bukan tidak memungkinkan. Menurut teori Einstein, waktu dan ruang dapat mengalami perubahan dalam kecepatan cahaya. Jadi, seandainya suatu benda terbang dengan kecepatan 300000 km/detik, maka ruang bisa di perpendek, dan waktu bisa diperlambat.


Pada awal tahun 1994 silam, sebuah pesawat sipil Italia terbang di angkasa pantai Afrika. Tiba-tiba, pesawat lenyap dari layar radar di ruang kontrol. Di saat petugas bandara di landa kecemasan, pesawat sipil itu " muncul lagi " di ruang udara semula, dan radar dapat melacak kembali sinyal pesawat tersebut.

Terakhir, pesawat sipil ini berhasil mendarat dengan mulus di bandara wilayah Italia. Namun, awak pesawat dan 315 penumpangnya sama sekali tidak tahu bahwa mereka pernah “lenyap?. Dengan perasaan bingung kapten pilot berkata : “Pesawat kami tampak stabil setelah lepas landas dari Manila, dan tidak terjadi insiden apapun, namun, di luar dugaan petugas di ruang kontrol melaporkan kehilangan jejak pesawat, memang agak tidak normal.? Tetapi, kenyataannnya tidak dapat dibantah : ketika tiba di bandara, jam setiap penumpang terlambat 20 menit. Meskipun jarang tapi ada kejadian yang serupa.



This is the BLACK HOLE in the SKY

Menurut catatan arsip, pada 1970 silam juga pernah terjadi peristiwa serupa. Kala itu, sebuah pesawat penumpang jet 727 juga tanpa sebab yang jelas “hilang? selama 10 menit dalam penerbangannya ke bandara Internasional Miami, AS. 10 menit kemudian, pesawat tersebut muncul lagi di tempat semula, selanjutnya, pesawat tersebut tiba dengan selamat di tempat tujuan. Seluruh penumpang di dalam pesawat tersebut tidak tahu apa yang telah terjadi, dan alasan yang akhirnya membuat mereka percaya adalah karena jam mereka masing-masing terlambat 10 menit.

Atas fenomena ini, menurut para ahli satu-satunya penjelasan adalah : “dalam sesaat “kehilangan? itu, waktu “berhenti? tidak bergerak, atau dengan kata lain waktu berputar kembali.

Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally mengemukakan teori hipotesanya sebagai berikut.

Pertama, obyektifitas keberadaan lorong waktu adalah bersifat kematerialan, tidak terlihat, tidak dapat disentuh, tertutup untuk dunia fana kehidupan umat manusia, namun tidak mutlak, karena terkadang ia akan membukanya.

Kedua, lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah suatu sistem waktu, setelah memasuki seperangkat sistem waktu, ada kemungkinan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau memasuki masa depan, karena di dalam lorong waktu tersebut, waktu dapat bersifat searah maupun berlawanan arah, bisa bergerak lurus juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam membeku.

Ketiga, terhadap dunia fana (ruang fisik kita) di bumi, jika memasuki lorong waktu, berarti hilang secara misterius, dan jika keluar dari lorong waktu itu, maka artinya adalah muncul lagi secara misterius. Disebabkan lorong waktu dan bumi bukan merupakan sebuah sistem waktu, dan karena waktu bisa diam membeku, maka meskipun telah hilang selama 3 tahun, 5 tahun, bahkan 30 atau 50 tahun, waktunya sama seperti dengan satu atau setengah hari.


Teori Waktu dari einstein
Berbagai fenomena terkait di atas, membuat orang bertanya-tanya apakah lorong waktu itu benar-benar eksis, peneliti dari sejumlah besar negara berusaha mencoba menemukan lorong waktu ini. Adapun mengenai rumor terkait dimana lorong waktu itu juga cukup banyak beredar di masyarakat, ada yang bilang berada di puncak gunung Himalaya, ada juga yang bilang di parit dalam samudera Pacific, namun, pandangan yang paling memungkinkan adalah di perairan laut Ionia di bagian timur Mediterania.

Konon katanya, di dasar laut tak berujung ini terdapat sebuah terowongan waktu, volume air laut yang hilang setiap hari di sini berjumlah 30.000 ton banyaknya, air laut itu disedot oleh lubang tak berujung tersebut, kemudian menembus ke ruang dimensi lainnya. Demi memahami fenomena ini, Amerika pernah mengirimkan sebuah tim ekspedisi untuk melakukan penelitian, mereka membuat sebuah percobaan dengan melarutkan beberapa bahan warna gelap permanent di air laut, kemudian mengamati bagaimana bahan-bahan itu tenggelam bersama dengan air laut, setelah itu mereka juga mengamati perairan di sekitarnya, namun, tidak ditemukan jejak bahan-bahan larutan itu di sungai. Hingga saat ini, para ilmuwan belum bisa mengungkap misteri lorong waktu yang misterius itu.

Sementara itu, "gerbang waktu" lainnya juga ditemukan di Antartika. Pada 27 Januari 1995, fisikawan Amerika melihat asap abu-abu yang terus berarak di langit Antartika. Peneliti kemudian meluncurkan sebuah balon cuaca yang dilengkapi dengan instrument pengukuran kecepatan angin dan kelembaban atmosfer. Beberapa saat kemudian, para peneliti menurunkan balon cuaca itu. Dan yang mengejutkan mereka adalah : waktu yang ditampilan pada timer balon cuaca itu menunjukkan percobaan dilakukan pada 27 Januari 1965. Lagipula, setiap kali percobaan, selalu menunjukkan waktu berputar kembali 30 tahun.

Para peneliti membuat laporan ke Gedung Putih. Orang-orang berspekulasi bahwa ruang yang terus berputar tanpa henti di atas langit Antartika itu adalah pintu gerbang yang menuju ke masa lain. Sementara itu, program penelitian mengirim manusia ke masa lain juga telah mulai dijalankan. Sehubungan dengan itu, CIA dan FBI kini berdebat sengit terkait hak kontrol atas program penelitian terhadap hal terkait yang kemungkinan dapat mengubah sejarah.
versi lorong waktu

Beragam versi tentang lorong waktu


Selama bertahun-tahun, para sarjana yang tertarik dengan eksplorasi "lorong waktu" berupaya membuat penjelasan dari sisi karakteristik hukum fisika, fenomena optik, sistem perurutan waktu dan prinsip tata ruang. Ilmuwan terkemuka asal Amerika, professor John Bucherry mengemukakan beberapa hipotesis : teori "berhentinya waktu", dunia material di muka bumi ditafsirkan hilang begitu memasuki lorong waktu, dan ketika muncul kembali ditafsirkan muncul lagi secara misterius. Hal ini menunjukkan terowongan waktu dengan bumi bukan sebuah sistem waktu, masanya itu secara relatif statis, dengan demikian, tidak peduli apakah telah hilang 3 – 5 tahun, atau puluhan hingga ratusan tahun juga bagaikan sehari, atau waktu sejak hilangnya sampai muncul kembali itu adalah nol.

Teori "Waktu reversible" (waktu dapat diputar kembali), adalah waktu dalam "lorong waktu" itu terbalik. Obyek yang hilang masuk ke dalam sistem waktu itu ada kemungkinan kembali ke masa lampau, namun, ketika waktu berjalan terbalik, kemudian memunculkan obyek yang hilang tadi ke saat itu, hingga terjadi pemunculan kembali secara misterius.

Teori tentang "waktu tertutup". "Terowongan waktu" adalah dunia material yang eksis obyektif. Ia tidak terlihat dan tidak bisa dijamah, terhadap dunia material manusia, ia tertutup tapi juga tidak benar-benar tertutup, terkadang sesekali membukanya. Namun, begitu terbuka akan hilang secara misterius, kemudian saat dilepas (buka-tutup dalam sekejab), obyek yang hilang muncul kembali.

Fisikawan Amerika, Profesor Snairfack menuturkan, "Lorong waktu" mungkin berhubungan dengan lubang hitam di alam semesta. Dan "Lubang hitam" merupakan dunia daya tarik yang tak terlihat oleh mata, jika manusia tersedot ke dalam "lubang hitam", maka segala kesadaran akan lenyap seketika, hanya bisa mengingat hal-hal pada saat disedot dulu, ia tidak tahu apa pun saat jalan-jalan di dalam lubang hitam, berapa pun lamanya. Oleh karena itu, manusia, kapal, pesawat dan sebagainya yang hilang secara misterius dan tercatat dalam sejarah itu sebenarnya telah masuk ke dalam "lubang hitam" yang misterius ini.

Singkatnya, pemahaman terkait "lorong waktu" itu banyak versinya, namun, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang meyakinkan, dan sejauh ini masih menjadi sebuah misteri alam yang menanti diteliti lebih dalam. Para ahli NASA telah membentuk sebuah "teori resonansi medan ruang dan waktu", yang didasarkan pada "teori medan terpadu" dari fisikawan Jerman Werner Heisenberg dan Einstein sebagai dasar pembentukannya. Tujuannya adalah untuk melintasi ruang antar bintang dalam sekejab dengan bantuan elektromagnetik, gravitasi, kecepatan cahaya dan fleksibilitas perubahan bersama ruang-waktu. Jika tiba saatnya, lorong waktu tidak lagi menjadi misteri yang menunggu dipecahkan. - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_misteri-lorong-waktu-yang-membuat-orang-hilang-secara-misterius.html#sthash.GKxK9MYk.dpuf
 
Berbagai fenomena terkait di atas, membuat orang bertanya-tanya apakah lorong waktu itu benar-benar eksis, peneliti dari sejumlah besar negara berusaha mencoba menemukan lorong waktu ini. Adapun mengenai rumor terkait dimana lorong waktu itu juga cukup banyak beredar di masyarakat, ada yang bilang berada di puncak gunung Himalaya, ada juga yang bilang di parit dalam samudera Pacific, namun, pandangan yang paling memungkinkan adalah di perairan laut Ionia di bagian timur Mediterania.

Konon katanya, di dasar laut tak berujung ini terdapat sebuah terowongan waktu, volume air laut yang hilang setiap hari di sini berjumlah 30.000 ton banyaknya, air laut itu disedot oleh lubang tak berujung tersebut, kemudian menembus ke ruang dimensi lainnya. Demi memahami fenomena ini, Amerika pernah mengirimkan sebuah tim ekspedisi untuk melakukan penelitian, mereka membuat sebuah percobaan dengan melarutkan beberapa bahan warna gelap permanent di air laut, kemudian mengamati bagaimana bahan-bahan itu tenggelam bersama dengan air laut, setelah itu mereka juga mengamati perairan di sekitarnya, namun, tidak ditemukan jejak bahan-bahan larutan itu di sungai. Hingga saat ini, para ilmuwan belum bisa mengungkap misteri lorong waktu yang misterius itu.

Sementara itu, "gerbang waktu" lainnya juga ditemukan di Antartika. Pada 27 Januari 1995, fisikawan Amerika melihat asap abu-abu yang terus berarak di langit Antartika. Peneliti kemudian meluncurkan sebuah balon cuaca yang dilengkapi dengan instrument pengukuran kecepatan angin dan kelembaban atmosfer. Beberapa saat kemudian, para peneliti menurunkan balon cuaca itu. Dan yang mengejutkan mereka adalah : waktu yang ditampilan pada timer balon cuaca itu menunjukkan percobaan dilakukan pada 27 Januari 1965. Lagipula, setiap kali percobaan, selalu menunjukkan waktu berputar kembali 30 tahun.

Para peneliti membuat laporan ke Gedung Putih. Orang-orang berspekulasi bahwa ruang yang terus berputar tanpa henti di atas langit Antartika itu adalah pintu gerbang yang menuju ke masa lain. Sementara itu, program penelitian mengirim manusia ke masa lain juga telah mulai dijalankan. Sehubungan dengan itu, CIA dan FBI kini berdebat sengit terkait hak kontrol atas program penelitian terhadap hal terkait yang kemungkinan dapat mengubah sejarah.
versi lorong waktu

Beragam versi tentang lorong waktu


Selama bertahun-tahun, para sarjana yang tertarik dengan eksplorasi "lorong waktu" berupaya membuat penjelasan dari sisi karakteristik hukum fisika, fenomena optik, sistem perurutan waktu dan prinsip tata ruang. Ilmuwan terkemuka asal Amerika, professor John Bucherry mengemukakan beberapa hipotesis : teori "berhentinya waktu", dunia material di muka bumi ditafsirkan hilang begitu memasuki lorong waktu, dan ketika muncul kembali ditafsirkan muncul lagi secara misterius. Hal ini menunjukkan terowongan waktu dengan bumi bukan sebuah sistem waktu, masanya itu secara relatif statis, dengan demikian, tidak peduli apakah telah hilang 3 – 5 tahun, atau puluhan hingga ratusan tahun juga bagaikan sehari, atau waktu sejak hilangnya sampai muncul kembali itu adalah nol.

Teori "Waktu reversible" (waktu dapat diputar kembali), adalah waktu dalam "lorong waktu" itu terbalik. Obyek yang hilang masuk ke dalam sistem waktu itu ada kemungkinan kembali ke masa lampau, namun, ketika waktu berjalan terbalik, kemudian memunculkan obyek yang hilang tadi ke saat itu, hingga terjadi pemunculan kembali secara misterius.

Teori tentang "waktu tertutup". "Terowongan waktu" adalah dunia material yang eksis obyektif. Ia tidak terlihat dan tidak bisa dijamah, terhadap dunia material manusia, ia tertutup tapi juga tidak benar-benar tertutup, terkadang sesekali membukanya. Namun, begitu terbuka akan hilang secara misterius, kemudian saat dilepas (buka-tutup dalam sekejab), obyek yang hilang muncul kembali.

Fisikawan Amerika, Profesor Snairfack menuturkan, "Lorong waktu" mungkin berhubungan dengan lubang hitam di alam semesta. Dan "Lubang hitam" merupakan dunia daya tarik yang tak terlihat oleh mata, jika manusia tersedot ke dalam "lubang hitam", maka segala kesadaran akan lenyap seketika, hanya bisa mengingat hal-hal pada saat disedot dulu, ia tidak tahu apa pun saat jalan-jalan di dalam lubang hitam, berapa pun lamanya. Oleh karena itu, manusia, kapal, pesawat dan sebagainya yang hilang secara misterius dan tercatat dalam sejarah itu sebenarnya telah masuk ke dalam "lubang hitam" yang misterius ini.

Singkatnya, pemahaman terkait "lorong waktu" itu banyak versinya, namun, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang meyakinkan, dan sejauh ini masih menjadi sebuah misteri alam yang menanti diteliti lebih dalam. Para ahli NASA telah membentuk sebuah "teori resonansi medan ruang dan waktu", yang didasarkan pada "teori medan terpadu" dari fisikawan Jerman Werner Heisenberg dan Einstein sebagai dasar pembentukannya. Tujuannya adalah untuk melintasi ruang antar bintang dalam sekejab dengan bantuan elektromagnetik, gravitasi, kecepatan cahaya dan fleksibilitas perubahan bersama ruang-waktu. Jika tiba saatnya, lorong waktu tidak lagi menjadi misteri yang menunggu dipecahkan. - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_misteri-lorong-waktu-yang-membuat-orang-hilang-secara-misterius.html#sthash.GKxK9MYk.dpufTeori Waktu Dari Einstein
Pernah merasa waktu berjalan cepat atau terasa begitu lambat? Seperti saat waktu berlalu begitu cepat ketika Anda sedang bersama teman- teman atau saat waktu terasa begitu lambat ketika Anda terjebak dalam hujan. Tapi Anda tidak bisa mempercepat atau memperlambat waktu kan?
Waktu selalu berjalan dalam kecepatan yang konstan. Einstein tidak berpikir demikian. Ide dia adalah semakin kita mendekati kecepatan cahaya, semakin lambat waktunya relatif dibandingkan kondisi orang yang tidak bergerak. Dia menyebutnya melambatnya waktu karena gerakan. Tidak mungkin, kamu bilang? Oke, bayangkan ini. Kamu berdiri di bumi, memegang jam. Teman baikmu ada di dalam roket dengan kecepatan 250.000 km/detik. Temanmu juga memegang sebuah jam. Kalau kamu bisa melihat jam yang dibawa temanmu, kamu akan melihat bahwa jam itu tampak berjalan lebih lambat daripada jam kamu. Sebaliknya temanmu akan merasa jam yang ia bawa berjalan biasa2 aja (tidak melambat), dia pikir malah jam kamu yang tampak berjalan lebih lambat.

Masih bingung? Ingat, Einstein butuh 8 tahun untuk menemukan hal ini. Dan dia dianggap jenius. Einstein memberikan contoh untuk menunjukan efek perlambatan waktu yang dia sebut “paradoks kembar”. Seperti permainan penjelajah waktu. Mari kita mencobanya dengan menganggap ada 2 orang kembar bernama anselo dam selo . Dua2nya kita anggap berumur 10 tahun. anselo memutuskan dia sudah bosan di bumi dan perlu liburan. Dia mendengar bahwa ada hal yang menarik di sistem bintang Alpha3, yang berjarak 25 tahun cahaya. Selo yang harus mengikuti ujian matematika minggu depan, harus tinggal di rumah untuk belajar. Jadi anselo berangkat sendiri. Ingin sampai secepatnya di sana, dia memutuskan untuk berjalan dengan kecepatan 99,99% kecepatan cahaya. Perjalanan ke sistem bintang itu bolak balik membutuhkan waktu 50 tahun. Apa yang terjadi ketika anselo kembali? selo sudah 60 tahun, tapi anselo masih berumur 10 ½ tahun. Bagaimana mungkin? anselo sudah pergi selama 50 tahun tapi hanya bertambah umur ½ tahun! Hey, apakah anselo baru saja menemukan mata air awet muda!

Ide Einstein tentang waktu yang melambat tampak benar dan semua adalah teori, tapi bagaimana kamu tahu kalau dia benar? Salah satu cara adalah dengan naik roket dan memacu roket itu mendekati kecepatan cahaya. Tapi sampai saat ini, kita belum bisa melakukannya. Tapi ada satu cara untuk mengetestnya. Bagaimana kita tahu kalau Einstein tidak salah? Percobaan ini mungkin bisa memberikan penjelasan atas idenya. Jam atom adalah jam yang sangat akurat, bisa mengukur satuan waktu yang sangat kecil. Sepersejutaan detik bisa diukur. Di tahun 1971, ilmuwan menggunakan jam ini untuk mengetest ide Einstein. Satu jam atom diset di atas bumi, dan satu lagi dibawa keliling dunia menggunakan pesawat jet dengan kecepatan 966 km/jam. Pada awalnya kedua jam itu diset agar menunjukan waktu yang sama. Apa yang terjadi ketika jam dibawa mengelilingi dunia dan kemudian kembali ke titik di tempat jam satunya lagi berada? Sesuai perkiraan Einstein, kedua jam itu sudah tidak menunjukan waktu yang sama. Jam yang sudah dibawa keliling dunia, menunjukan keterlambatan waktu seperberapa juta detik! Untuk melihat perbedaan waktu yang signifikan, kamu harus melaju dengan sangat lebih cepat.
 
 

Banyak orang yang mempelajari yang berhubugan dengan fenomena memperlambat waktu. Kennedy Brimov dari Rusia adalah seorang peneliti fenomena abnormal, filsuf, dimana sejak 1987 silam, telah menciptakan mesin waktu menggunakan pompa geomagnetic. Mereka memperlambat atau mempercepat proses berjalannya waktu menggunakan kejut khusus terhadap medan magnet. Di bawah efek peralatan di laboratorium, batas maksimum perlambatan waktunya dapat mencapai 1,5 detik per jam.

Agustus 2001, peneliti Vadim Chernobrov melakukan percobaan terhada sebuah mesin waktu model baru di sebuah hutan terpencil di Volgogard, Rusia. Mereka menghabiskan waktu selama 5, 10, 20 menit untuk mengoperasikan mesin terkait, penangguhan waktu yang terlama berlangsung selama setengah jam. Orang-orang merasa seolah-olah memasuki dunia lain, mereka bisa merasakan secara bersamaan suasana kehidupan "di sini" dan "sisi lain", seakan-akan ruang itu benar-benar terbuka.
lorong waktu2 - See more at: http://www.indospiritual.com/artikel_misteri-lorong-waktu-yang-membuat-orang-hilang-secara-misterius.html#sthash.GKxK9MYk.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar