Pesawat Antariksa Melebihi Kecepatan Cahaya Bisa Dirancang Tanpa Berbenturan dengan Relativitas Einstein
USS Enterprise saat berada pada warp. Kredit: Star Trek Community
Lembaga Antariksa AS (NASA) secara resmi menggagas perancangan kecepatan
untuk pesawat antariksa yang lebih cepat dari cahaya. Tunggu, lebih
cepat dari cahaya? Apakah bisa?
Tentu saja tidak bisa. Tidak ada yang dapat melakukan perjalanan lebih
cepat dari cahaya, kan? Untuk melakukannya, akan melanggar teori
relativitas khusus Albert Einstein, yang mengatakan bahwa Anda perlu
energi dalam jumlah yang tak terbatas untuk mempercepat partikel dengan
massa dalam kecepatan cahaya.
Kita semua telah mendengar teori relativitas khusus ini cukup lama
ketika masih di bangku sekolah. Namun, belakangan ini, seorang fisikawan
telah membuktikan kalau relativitas khusus berhubungan dengan
perjalanan antarbintang.
Teori pendukung Nebula Matahari untuk prjalanan antar bintang
Telah menjadi bukti di tahun 1960-an kalau banyak tanda di meteorit
sedah dapat dipahami sebagai akibat dari kondensasi uap air panas.
Sejumlah studi teoretik dilakukan terkait dengan tahapan kondensasi dari
materi yang membentuk Tata Surya. Hasilnya pendinginan terjadi pada
temperatur dan tekanan yang beragam. Hal ini semakin memperkuat ide
materi di awal terbentuknya Tata Surya berada dalam bentuk gas panas.
Tahun 1972, Safronov mempublikasikan teorinya tentang pembentukan planet
dari materi-materi hamburan. Nah, meskipun hasil dari Safronov ini
mengindikasikan jangka waktu yang sangat panjang dalam pembentukan
planet-planet, namun model yang ia berikan menjadi sebuah struktur yang
baik dalam memecahkan permasalahan skala waktu pembentukan.
Dengan latar belakang model dari Safronov, terjadi kebankitan kembali teori dualistik Laplace,
yang menyebutkan pembentukan Matahari dan planet-planet terjadi secara
spontan dari bola gas dan debu yang berputar lambat. Perbedaan teori ini
dengan teori sebelumnya adalah, teori baru ini bisa mengatasi masalah
yang ada dalam teori sebelumnya. Semenjak itu berbagai studi dilakukan
untuk menelaah Teori Nebula Matahari. Teori ini juga menjadi paradigma
paling dominan dalam cosmogony sepanjang dekade terakhir abad 20. Mdel
ini masih dalam pengembangan dan belum benar-benar mencapai tahap
kesepakatan terhadap peristiwa yang membentuk Tata Surya sampai keadaan
sekarang. Namun ada beberapa ide besar yang dominan digambarkan dalam
teori nebula matahari ini.
Ide awal muncul dari
Cameron yang pada tahun 1978 menyatakan salah satu kesimpulan awal bahwa
Disuatu tempat di nebula matahari, dimanapun keluar dari orbit
Merkurius, temperatur dalam nebula matahari yang tidak diganggu cukup
tinggi untuk dapat melelehkan materi padat dalam butiran antar bintang.
Problem
terbesar dari teori Laplace adalah distribusi momentum sudut. Pada saat
nebula terbentuk, momentum sudut akan ditransfer dari bagian dalam
materi yang terkondensasi ke bagian piringan yang terbentuk di bidang
ekuatorial. Sejumlah kemungkinan mekanisme juga diberikan untuk
memecahkan bagaimana transfer momentum sudut itu terjadi :
- Turbulensi (perputaran) viskositas didalam piringan
- Efek gravitasional yang mengacu pada pembentukan lengan spiral di piringan
- Interaksi antara materi terionisasi yang meninggalkan area pusat dan bidang magnetik yang terbentuk didalamnya.
- Transport momentum sudut oleh gelombang yang terjadi di dalam piringan.
Dalam
teori Nebula Matahari, titik awal pembentukan planet terjadi saat
sebagian besar piringan terdiri dari komposisi gas dengan 1 – 2% materi
padat dan temperatur yang semakin dingin dengan pertambahan jarak.
Pada
beberapa versi awal teori ini, piringannya cukup masif sekitar 1 massa
Matahari dengan kerapatan dan temperatur didalamnya seperti yang ada di
daerah Jupiter dan memenuhi kriteria Jeans. Piringannya sendiri tidak
stabil secara gravitasi sehingga planet gas raksasa akan terbentuk
secara spontan. Masalahnya planet yang akan dibentuk sangat banyak,
sehingga para peneliti meninggalkan teori ini. Pemecahan yang diberikan
kemudian adalah massa piringan hanya berkisar antara 0.01 – 0.1 massa
Matahari. Kondisi ini konsisten dengan hasil pengamatan dan planet yang
terbentuk juga harus melalui proses akresi.
Akresi
planet terrestrial (kebumian) dan inti padat plant gas raksasa
diasumsikan terjadi dalam 2 tahap. Tahap pertama melibatkan pembentukan
planetesimal. Planetesimal (ukuran ratusan meter sampai puluhan kilo
meter) merupakan kumpulan debu yang membentuk lapisan tipis di bidang
piringan. Pada kondisi ini keadaan sangat tidak stabil dan kondensasi
materi padat di dalamnya akan membentuk planetesimal. Pada setiap area
cincin nebula, akan ada satu objek yang dominan dan kemudian menangkap
dan mengakresi planetesimal disekelilingnya membentuk sbeuah objek baru.
Jika inti planet gas sudah terbentuk, ia akan mulai menarik gas di
nebula untuk membentuk planet gas. Proses ini terjadi dalam waktu yang
cukup singkat sekitar 105 tahun.
Untuk
pembentukan satelit, tidak ada teori yang spesifik selain satelit
merupakan objek yang terbentuk dengan mekanisme sama dalam skala ukuran
yang lebih kecil. Karena itu, keruntuhan proto-planet harusnya membentuk
piringan pada bidang ekuatorial dan kondensasi proto-satelit akan juga
terbentuk didalamnya.
Hal-hal penting dan permasalahan yang dihadapi Teori Nebula Matahari, antara lain :
- Teori ini merupakan teori monistik yang secara simultan berurusan dengan pembagian massa dan momentum sudut.
- Beberapa mekanisme atau kombinasi mekanisme harus ditunjukkan untuk dapat mentransfer momentum sudut yang cukup dari Matahari yang berkondensasi ke piringan.
- Harus juga ditunjukkan kalau planet akan terbentuk pada skala waktu yang sesuai dengan masa hidup piringan yang sudah diamati ( <>7 tahun)
- Kelebihan materi piringan yang tersisa setelah pembentukan planet harus dibuang.
- Model ini hanya memprediksikan sistem planar, maka kemiringan sumbu putaran Tata Surya harus dapat dijelaskan
Teori perjalanan antar bintang
Dalam makalah berjudul "The Warp drive: Hyper-fast travel within general
relativity" yang diterbitkan di Science Journal dan Quantum Gravity,
fisikawan Miguel Alcubierre merancang mekanisme untuk menjelajah dari
satu titik di semesta ke titik lainnya pada kecepatan yang lebih cepat
dari kecepatan cahaya tanpa berbenturan relativitas Einstein.
Ide Alcubierre: membengkokkan ruang-waktu di depan dan di belakang
pesawat antariksa, daripada mencoba untuk mendorong pesawat antariksa
itu sendiri pada kecepatan hyper-cepat.
Alcubierre menjelaskan bagaimana, dalam kerangka relativitas dan tanpa
pengenalan lubang cacing, adalah mungkin untuk memodifikasi ruang-waktu
yang memungkinkan pesawat antariksa untuk melakukan perjalanan dengan
kecepatan lebih cepat dari cahaya.
Dengan ekspansi murni ruang-waktu di belakang dan kontraksi berlawanan
di depan pesawat antariksa, pesawat ini dapat bergerak cepat, lebih dari
kecepatan cahaya. Distorsi yang dihasilkan kemungkinan akan sama persis
pada 'warp' dalam fiksi ilmiah.
Dengan menempatkan benda bulat di antara dua wilayah ruang-waktu --satu
mengekspansi, dan satu lainnya mengkontraksi-- Alcubierre berteori Anda
bisa membuat "warp bubble" yang menggerakan ruang-waktu di sekitar
pesawat antariksa, dan dapat kembali ke posisi semula.
Pada intinya, Anda akan memiliki pesawat antariksa yang mampu 'bergerak'
lebih cepat dari cahaya tanpa pesawat antariksa itu sendiri harus
bergerak pada kecepatan cahaya atau lebih cepat dari cahaya. Menarik?
Ilustrasi. Kredit: Miguel Alcubierre
Alcubierre juga mengatakan bahwa, "Sama seperti yang terjadi dengan
lubang cacing," Anda perlu "materi eksotis" (materi dengan "sifat aneh")
untuk mendistorsi ruang-waktu dengan jumlah energi yang diperlukan
untuk hal itu setara dengan energi massa planet Jupiter.
Menurut fisikawan NASA, Harold White, masalah energi di atas sebenarnya
bisa diatasi dengan hanya mengutak-atik geometri warp drive. White, yang
berbagi ide terbarunya di 100 Year Starship 2012 Public Symposium,
mengatakan bahwa jika Anda menyesuaikan bentuk cincin yang mengelilingi
pesawat antariksa, Anda bisa menyalakan warp ala Alcubierre ini.
Percobaan laboratorium, dimana White mengatakan ia berencana untuk
mensimulasikan warp ala Alcubierre dalam sebuah miniatur, menggunakan
laser untuk mengganggu ruang-waktu. Dan jika berhasil? Kita bisa pergi
ke bintang Alpha Centauri dalam waktu singkat.
Alih-alih butuh 4 tahun untuk ke Alpha Centauri dengan kecepatan cahaya,
menurut White, warp ala Alcubierre ini akan memungkinkan kita untuk
mengunjungi Alpha Centauri dalam hitungan minggu atau bulan.
NASA Akan Kirim Kapal Selam Di Danau Hidrokarbon Bulan Saturnus,Titan
Ilustrasi kapal selam NASA di danau hidrokarbon Titan
NASA berencana akan kirim kapal selam menuju danau hidrokarbon sekitar
tahun 2040. Titan merupakan satelit alam besar kepunyaan Saturnus yang
diyakini menjadi satu-satunya objek di Tata Surya, selain Bumi, yang
mempunyai cairan di permukaannya.
NASA telah mengurai rencana besar tersebut untuk menyelami danau terbesar yang dimiliki Titan, yakni Kraken Mare.
Nantinya para astronom akan mencari tahu kandungan danau yang ukurannya
sebanding dengan Great Lakes di Amerika Utara. Diketahui, Kraken Mare
mempunyai luas lebih dari 154 ribu mil (400 ribu kilometer persegi)
dengan kedalaman mencapai 1.000 kaki (300 meter).
Saat ini para ilmuwan meyakini atmosfer yang menyelimuti Titan sebagian
besar terdiri dari nitrogen dan metana, di mana suhunya -290 derajat
Fahrenheit (-179 derajat celcius).
Danau di luar angkasa itu akan diselami oleh kapal selam milik NASA yang
bobotnya sekitar satu ton. Selama melakukan misinya, kapal selam itu
akan digerakkan oleh listrik konvensional selama 90 hari. Diperkirakan,
kapal selam luar angkasa ini akan melaju satu meter per detiknya.
Kapal selam tersebut akan dibawa ke luar angkasa menggunakan pesawat
ulak alik seperti US Air Force X-37. "Kendaraan itu akan mengamati, dan
mungkin akhirnya mengeksploitasi, arus pasang surut di air yang
mengikuti siklus sekali per harinya di Titan atau setara 16 hari Bumi,"
ungkap NASA.
Selain itu, misi utama badan antariksa milik negeri Paman Sam ini
dilatarbelakangi ingin mengetahui informasi lebih jauh mengenai jejak
senyawa bagaimana kehidupan dimulai di Bumi, apakah ada kaitannya dengan
yang lainnya.
Teleskop Luar Angkasa James Webb Siap Diluncurkan Tahun 2018
Ilustrasi teleskop James Webb ketika mulai beroperasi di luar angkasa. Kredit: NASA
Sempat mundur dari jadwal dan telah menghabiskan anggaran miliaran
dolar, akhirnya NASA kini bisa bernafas lega. Cermin utama James Webb
Space Telescope (JWST) yang berjumlah 18 sekarang telah lengkap
tepasang, sebuah langkah yang signifikan menuju peluncurannya pada tahun
2018.
Pada hari Rabu, 3 Februari 2016 segmen cermin berbentuk heksagonal ke-18
berhasil dipasang oleh para ilmuwan di NASA Goddard Space Flight Center
di Greenbelt, Maryland. Masing-masing segmen cermin ini beratnya 40
kilogram dan berukuran 1,3 meter. Setelah dipasang seluruhnya, diameter
cermin JWST ini mencapai 6,5 meter, sekitar tiga kali lebih besar dari
cermin Teleskop Antariksa Hubble, dan membuat JWST menjadi teleskop
antariksa yang paling kuat yang pernah dibuat manusia.
"Menyelesaikan perakitan cermin primer JWST merupakan tonggak yang
sangat signifikan dan puncak perancangan yang dilakukan lebih dari satu
dekade terakhir," kata Lee Feinberg, menejer elemen optik JWST di
Goddard, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari IFLScience. "Kami
memiliki tim ilmuwan yang besar di AS yang berkontribusi untuk
perakitan ini."
Cermin JWST yang telah berhasil dipasang seluruhnya. Kredit: NASA
Cermin primer JWST butuh berbulan-bulan lamanya untuk dipasang
seluruhnya, ini karena cermin-cermin primer sangat sensitif. Cermin juga
dilapisi emas, yang nantinya akan mampu memfokuskan cahaya dari alam
semesta yang jauh ke cermin sekunder dan kemudian diolah pada instrumen
khusus yang akan disematkan di badan JSWT. Dengan cermin yang sudah
lengkap, perakitan instrumen-instumen JWST lainnya sudah dapat dimulai.
JWST sering disebut sebagai penerus Teleskop Antariksa Hubble, meskipun
keduanya sangat berbeda. Teleskop Hubble terletak di orbit Bumi dan
mengamati alam semesta pada cahaya tampak, sementara JWST akan
ditempatkan pada jarak 1,5 juta kilometer dari Bumi, di luar orbit
Bulan, dan akan mengamati alam semesta dalam gelombang inframerah.
Dalam misi-misinya yang telah dirancang NASA, JWST nantinya akan
mempelajari planet-planet di sistem bintang lain, dan bahkan mungkin
dapat mencirikan atmosfer beberapa planet ekstrasurya yang terletak pada
jarak 100 tahun cahaya. JWST juga akan mencoba untuk mencari galaksi
dan bintang yang pertama yang muncul setelah Big Bang.
Pada saat ini, teleskop bernilai US$ 9 miliar ini dijadwalkan untuk
diluncurkan pada tahun 2018 dari Guyana Prancis menggunakan roket Ariane
5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar