Senin, 11 Januari 2016

Kucing Schrodinger yang Membantu Memahami Teori Kuantum 


Schrodinger's Cat Experiment
Schrodinger's Cat Experiment
Teori kuantum awalnya dikembangkan oleh Max Planck untuk mengenali sifat atom. Pengembangan kuantum awalnya dilakukan sebagai upaya untuk menjawab berbagai fenomena yang tidak mampu dijelaskan oleh Fisika Klasik yang dipelopori Isaac Newton melalui teori gravitasinya.
Seiring perkembangan waktu, teori ini justru menjadi fenomena baru yang mendorong ke arah fisika modern. Seorang Albert Einstein memperkenalkan teori relativitas yang awalnya berbentuk teori relativitas khusus (disebut khusus karena dibatasi oleh karakter tertentu agar dapat berlaku) menjadi teori relativitas umum. Teori relativitas umum mampu menjelaskan berbagai fenomena alam semesta terkait gravitasi dan menjawab pertanyaan mengenai orbital merkurius yang cenderung berbeda dengan planet-planet lainnya di tata surya.
Fenomena teori relativitas memunculkan penjelajahan baru dan luas di bidang fisika dimana ukuran materi penelitian berada pada skala atomik. Berbagai ilmuwan lain seperti Niels Bohr, Wolfgang Pauli, Erwin Shcroedinger, Werner Heisenberg, dan ahli fisika lainnya memicu berbagai teori baru yang membuka cakrawala akan pemikiran pada skala  atomik.
Seiring dengan perkembangan teori dan hasil penelitian di bidang kuantum, para ilmuwan kuantum mendapati fakta yang sulit diterima pada akal sehat dimana energi kuantum mengandung unsur probabilistik, tidak memenuhi konsep separabilitas dan lokalitas. Einstein, yang merupakan dedengkot penelitian kuantum, tidak bisa menerima kenyataan bahwa teori kuantum ternyata tidak bersifat deterministik sebagai ungkapannya yang terkenal: “Tuhan tidak sedang bermain dadu”.
Einstein menerbitkan makalah tentang percobaan imajiner dengan meminta kita membayangkan setumpuk serbuk mesiu, karena ketidakstabilan beberapa partikel, akan terbakar suatu ketika. Persamaan mekanika kuantum menjelaskan paduan antara sistem yang belum dan sudah meledak. Namun kenyataannya belum tentu seperti itu. Karena dalam kenyataan, tidak ada kondisi perantara antara meledak dan belum meledak.
Analogi serbuk mesiu tersebut ternyata mendorong Schrodinger mengeluarkan ide eksperimen yang ternyata lebih meyakinkan dibanding analogi serbuk mesiu Einstein. Berikut eksperimen imajiner ala Schrodinger:
“Anggaplah terdapat seekor kucing yang terkurung dalam ruang baja, bersama alat pencacah Geiger (pengukur radiasi ionisasi) yang diberi sedikit zat radioaktif yang sangat sedikit. Dalam 1 jam, salah satu atom meluruh, tetapi juga kemungkinan tidak. Jika atom meluruh, tabung pencacah tersebut melepas muatan zat yang melalui relai yang terhubung sehingga mendorong palu di dalam ruang baja untuk memecahkan tabung percobaan kecil berisi asam hidrosianida. Jika ruang baja tersebut dibiarkan selama 1 jam, kita akan mengatakan bahwa kucing itu masih hidup jika saat itu tidak ada atom yang luruh. Fungsi-psi seluruh sistem tersebut akan menunjukkan hal ini dengan kucing mati dan hidup yang tercampur atau tumpang tindih di dalamnya.” 
Eksperimen imajiner ini sontak menjadi fenomena di dunia fisika karena mempertanyakan realitas teori kuantum yang cenderung tidak rasional terhadap dunia nyata. Berdasarkan pemahaman teori kuantum yang saat itu sedang berkembang, kucing akan berada pada kondisi hidup dan mati sekaligus sampai diamati kondisi yang sebenarnya terjadi pada kucing.
Hingga saat ini belum pernah dilakukan eksperimen yang sebenarnya berbentuk kucing, tikus, atau bahkan kutu. Namun pemikiran Schrodinger mendorong eksperimen lain di bidang fisika kuantum untuk membuktikan karakter fisika kuantum sebenarnya berdasarkan rekonstruksi eksperimen-eksperimen imajiner yang dilakukan oleh Einstein dan Schrodinger.
Terdapat berbagai interpretasi terhadap eksperimen analogi yang dilontarkan Schrodinger. Teori ini menimbulkan paradoks yang bahkan menimbulkan pemikiran ruang dan waktu yang bersifat paradoks dimana setiap kejadian memiliki alternatif kejadian berikut yang berbeda. Pemahaman tersebut memungkinan seseorang memiliki berbagai alternatif jalan hidup dengan kombinasi cerita yang berbeda-beda.
Kucing Schrodinger juga sering dilibatkan dalam karya seni populer seperti komik, film, kartun, dan serial televisi. Semoga kucing Schrodinger tetap baik-baik saja meskipun berkali-kali digunakan dalam eksperimen imajiner para ahli fisika.  
schrodinger cat result

schrodingers-cat

Schroedinger dan kucing dalam kotak




Schroedinger, lengkapnya Erwin Schroedinger, adalah nama seorang fisikawan asal Austria yang merupakan salah satu pionir dalam pengembangan fisika kuantum. Ia terkenal dengan mekanika gelombang yang ia definisikan ke dalam persamaan Schroedimger yang terkenal. Lalu, apa hubungannya dengan kucing? Kenapa dengan kucingnya? Sebenarnya ini bukan tentang kucing Schroedinger yang sebenarnya, walaupun menurut cerita Schroedinger sebenarnya juga memelihara kucing. Artikel ini tidak akan menceritakan tentang kucingnya, tapi tentang eksperimen pikiran yang digagasnya yang melibatkan kucing. Eksperimen pikiran, ya fisikawan gemar sekali melakukan eksperimen pikiran. Istilah dalam bahasa Jemannya adalah "gendanken experiment".
Eksperimen pikiran yang digagas oleh Schroediger adalah hasil dari korespondensinya dengan Albert Einstein. Einstein adalah satu diantara sekian fisikawan yang tidak mempercayai interpretasi mekanika kuantum yang digagas oleh Niels Bohr dan kawan-kawan di Kopenhagen, Denmark. Interpretasi ini dikenal dengan 'Interpretasi Kopenhagen' dan diterima luas di kalangan kebanyakan fisikawan. Dalam interpretasi Kopenhagen realitas dipandang muncul hanya sebagai akibat dari dilakukannya observasi. Selama observasi belum dilakukan suatu materi akan dalam kondisi superposisi, suatu kondisi kombinasi atas lebih dari satu keadaan. Misalnya, elektron yang dalam keadaan superposisi dapat bersifat gelombang dan materi. Jika observasi dilakukan terhadap elektron tersebut, keadaan superposisi ini akan runtuh dan elektron hanya akan bersifat gelombang atau materi.
Interpretasi ini tidak disukai oleh Einstein sehingga ia dan murid-muridnya, Boris Podolsky dan Nathan Rosen, di Institute of Advanced Studies di Princeton University menggagas suatu eksperimen pikiran  untuk menunjukkan kelemahan interpretasi ini. Eksperimen pikiran ini dikenal dengan 'paradoks EPR', dimana EPR adalah singkatan dari Einstein Podolsky Rosen. Namun kita tidak akan membahas paradoks EPR pada artikel ini, jika penasaran banyak sumber di internet yang dapat dibaca. Schroedinger yang pada saat itu berada di Oxford, Inggris membaca tentang paradoks EPR ini dan merasa Einstein sependapat dengannya dalam hal menolak interpretasi Kopenhagen. Schroedinger kemudian berbalas surat dengan Einstein dimana dalam korespondensi surat ini Einstein menggagas beberapa ide eksperimen pikiran. Terinspirasi oleh paradoks EPR dan korespondensinya dengan Einstein, Schroedinger menulis artikel panjang yang diterbitkan di jurnal Die Naturwissenschaften yang berisikan salah satunya sebuah eksperimen pikiran yang melibatkan kucing di dalam kotak.


Eksperimen pikiran ini melibatkan kotak baja tertutup, kucing, zat radioaktif (dalam jumlah kecil) dengan kemungkinan yang sebanding untuk meluruh atau tidak meluruh dalam satu jam, alat pengukur radiasi, palu, dan asam sianida (HCN) dalam tabung kaca tertutup. Dalam sistem ini kucing ditempatkan di dalam kotak baja tertutup  yang dilengkapi dengan perangkat mematikan yang terlindung dari kemungkinan campur tangan usil dari si kucing. Perangkat mematikan ini terdiri atas alat pengukur radiasi Geiger Counter yang mana zat radioaktif ditempatkan padanya, zat radioaktif ini punya kemungkinan 50:50 untuk meluruh dan tidak meluruh dalam waktu satu jam. Ketika zat radioaktif ini meluruh Geiger counter akan mengaktifkan relay (semacam sakelar) yang akan melepaskan palu yang akan memecahkan tabung berisi asam sianida yang akan membunuh si kucing di dalam kotak.
Jika kita telah membiarkan sistem ini selama satu jam, kita dapat mengatakan kucing dalam kotak hidup jika zat radioaktif tidak meluruh dan Jika zat radioaktif meluruh maka kucing dalam kotak akan mati. Dengan kata lain kucing di dalam kotak berada dalam dua keadaan sekaligus yaitu mati dan hidup. Jika sistem ini dikaitkan dengan Interpretasi Kopenhagen bisa dikatakan bahwa kucing dalam keadaan hidup dan mati sampai dilakukannya observasi untuk membuka kotak yang menyebabkan runtuhnya salah satu keadaan, yaitu kucing yang hidup atau kucing yang mati. Tentu sangat bertentangan dengan akal sehat bahwa ada kucing yang hidup dan mati dalam waktu bersamaan karena tidak pernah kita temui dalam realitas. Inilah yang coba ditunjukkan oleh Schroedinger bahwa konsep interpretasi Kopenhagen begitu konyol karena tidak berdasarkan pada realitas.
Einsten menyambut gembira paradoks kucing dalam kotak ini, dalam korespondensinya ke Schroedinger ia mengungkapkan bahwa kucing yang dalam keadaan hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan tidak dapat digunakan untuk mendeskripsikan realitas, dengan kata lain interpretasi Kopenhagen tak dapat digunakan untuk mendeskripsikan realitas. Einstein dan  Schroedienger adalah sedikit dari beberapa fisikawan yang tidak setuju dengan mekanika kuantum dan berpikir bahwa fisika kuantum tidak lengkap dan membutuhkan penjelasan tambahan. Mereka percaya bahwa realitas ada dengan atau tanpa observasi dan bahwa ada realitas tersembunyi yang belum terungkap untuk menjelaskan keanehan-keanehan kuantum. Paradoks kucing Schroedinger hanyalah satu dari sekian banyak eksperimen pikiran dan paradoks tentang "keanehan" kuantum. Sangat menarik sekali mengetahui dan memahami fenomena-fenomena di skala atomik dengan perilakunya yang kadang di luar pemahaman umum yang berlaku di dunia makro/besar. 

Memotret Kucing Schrödinger

Sebuah potret hantu kucing Schrödinger telah mengungkapkan salah satu teori fisika yang paling aneh, yaitu Belitan Kuantum atau Quantum Entanglement. Luar biasa, potret itu dibuat dengan menggunakan cahaya yang tidak pernah berinteraksi dengan stensil, sedangkan foton yang menuju dan menimpa stensil tidak terlihat oleh kamera.

Sebuah potret kucing Schrödinger telah mengungkapkan salah satu teori fisika yang paling aneh: Keterbelitan Kuantum. Potret ini itu dibuat dengan menggunakan cahaya yang tidak pernah berinteraksi dengan stensil (obyek), sedangkan foton yang melanda stensil tidak terlihat oleh kamera

Eksperimen ini suatu hari nanti bisa mengarah pada pengembangan pencitraan kuantum yang dapat membuat gambar rinci sampel-sampel biologis yang halus, seperti jaringan.

Schrödinger melakukan percobaan imajinasinya seperti ini: Seekor kucing(malang) dimasukkan ke dalam suatu kotak tertutup yang di dalamnya dilengkapi oleh senjata pembunuh mematikan.

Di dalam kotak diletakkan sampel radioaktif yang probabilitas peluruhannya 50% dan sebuah pencacah Geiger, jika sampel radioaktif melewati ambang, mesin akan menjatuhkan palu yang akan memecahkan botol gas beracun, yang cukup untuk mematikan kucing dalam kotak. Tentunya peluang botol racun pecah sama dengan probabilitas peluruhan radioaktif, 50:50. 

Nah, setelah beberapa jam kemudian, apakah kucing hidup atau mati? Tentunya kita hanya akan mengetahuinya jika kotaknya di buka, namun jika kotaknya masih tertutup, kita tidak akan tahu kucing itu masih hidup atau sudah mati. Jadi, apakah kucing berada dalam keadaan setengah hidup dan setengah mati? Keadaan ini disebut superposisi, tetapi, apakah mungkin kucing berada dalam keadaan superposisi seperti itu, karena ketika kotak dibuka kucing hanya akan hidup saja atau mati saja (jangan mengada-ada dengan keadaan sekarat, kita anggap sekarat itu masih hidup). 

Itu berarti selama kotak belum dibuka, kucing tersebut berada di dua keadaan (mati dan hidup) sampai Anda membuka kotak dan melihatnya, dan hanya pada saat itu (saat kotak terbuka) keadaan kucing menjadi tertentu (pasti mati atau pasti hidup). 

Percobaan terbaru telah memungkinkan para ilmuwan di Akademi Ilmu Pengetahuan Austria menemukan cara untuk mengamati kucing tanpa harus melihatnya. 

Sebagai bagian dari percobaan, para ilmuwan menciptakan pasangan foton kuning dan merah yang terbelit. Foton kuning dikirim ke stensil kucing, sementara foton merah pergi ke kamera. 

Sebagai hasil dari keterikatan, foton merah membentuk citra kucing karena foton merah menciptakan 'hubungan kuantum' dengan pasangannya, foton kuning. 

Ini berarti bahwa satu foton memiliki potensi untuk melakukan perjalanan melalui subjek foto dan kemudian menghilang. 

Namun, yang lain pergi ke detektor tapi entah bagaimana, 'tahu' tentang kehidupan kembarannya dan dapat digunakan untuk membangun sebuah potret, menurut Elizabeth Gibney. 

Eksperimen ini bisa membantu fisikawan memecahkan apa yang mereka sebut dengan 'masalah pengukuran'. Ini menjelaskan pertanyaan mengapa keadaan kuantum mengambil nilai-nilai tertentu hanya ketika mereka diamati. 

Dalam eksperimen ini, peneliti juga dapat mengukur keadaan terbelit dari sepasang foton hanya menggunakan satu foton dari pasangan yang dilibatkan. Para ilmuwan sebelumnya hanya bisa melihat keadaan terbelit ketika jika kedua foton diukur. 

"Hal yang paling menarik tentang penelitian ini adalah bagaimana informasi yang terkandung dalam foton kembar," kata peneliti Gabriela Lemos Live Science. "Bagaimana, dalam keadaan terbelit, [informasi] dapat diakses oleh satu foton."

Mengenal fenomena superkonduktivitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar